This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Mengenmbangkan pendidikan melalui pengembangan pendidik

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

tahapan berpikir filsafat

Tahapan Berpikir Filsafat

1. Berpikir Logis
Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata. Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.

2. Berpikir Secara Radikal
Radikal artinya berpikir sampai ke akar persoalan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara bertanya terus-menerus hingga mendapat suatu jawaban yang lebih hakiki. Juga, menghubungkan satu konsep atau gagasan dengan yang lainnya, menanyakan “mengapa?” dan mencari jawaban yang lebih baik di banding dengan jawaban yang sudah tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai bentuk perenungan mengupayakan suatu kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar kita dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh (holistis) dan komprehensif. Sejumlah tindakan dan lontaran pengetahuan, wacana, ucapan, dan tulisan pasti berangkat dari akar pemahaman terhadap kehidupan cara mendasar di sadari atau tidak. Pandangan itu bisa di ungkap sampai ke akarnya jika kita mampu membongkar sejumlah asumsi-asumsi sampai menemukan apa landasan filsafatnya. Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat ialah kenenarannya hanya diukur dengan kelogisan argumennya, ia tidak dapat diukur secara empiris. Di dalam buku-buku filsafat sering sekali dikatakan bahwa filsafat adalah pemikiran yang mendalam, yang radikal (dari kata Yunani radix yang berarti akar), tentang sesuatu. Maka yang dimaksud mendalam atau radikal ialah berpikir tentang sesuatu yang tidak empiris, misalnya tentang Tuhan, tentang adil, berani, penakut, makmur, atau tentang hukum yang mengatur jeruk selalu berbuah jeruk. Filsafat mengajar substansi dalam kebenaran dan kebenaran substansi. Oleh karena itu, yang ditemukan adalah hakikat kebenaran dan kebenaran hakiki tentang segala sesuatu. Hakikat merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsafat tidak hanya berbicara tentang wujud atau materi bagaimana ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang terdapat dibelakangnya. Dalam filsafat, hakikat tersebut sebagai akibat dari berpikir radikal. Ciri-ciri Berpikir Filsafat Secara Radikal Menukil sampai kepada inti atau akar permasalahan, atau sampai ujung batas yang sesudahnya tidak ada lagi objek serta ruang gerak yang dipikirkan, karena memang sudah habis digarapnya. Contoh dari Berpikir Secara Radikal Contoh ilustrasi berpikir secara radikal yaitu, ketika rapat penetapan standar kompetensi sebuah mata pelajaran yang akan digunakan sering kali terjadi perbedaan pendapat dari forum, sehingga sering kali tidak mendapat jalan keluarnya. Untuk memecahkan masalah seperti ini forum harus mencoba berfikir sampai ke akar-akarnya tentang tujuan kompetensi lulusan yang akan dicapai. Diharapakan dengan berfikir seperti ini akan lebih menyatukan pendapat dan menyamakan tujuan yang tadinya masih berbeda pemahaman.

3. Berfikir sistematis
Berfikir sistematis adalah merupakan cara berfikir manusia dalam menyelesaikan masalah dengan cara berfikir yang berurutan dan bertahap sesuai dengan tahapan penyelesaian masalah tersebut, sehingga pola pikir yang tercipta merupakan pola pikir yang terstruktur. Contoh ilustrasi : ketika kita melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka kita harus melaksanakannya secara berurutan, sehingga kita harus berfikir tahap demi tahap yang harus kita kerjakan sehingga tujuan semula tercapai.

4. Berfikir universal adalah merupakan cara berfikir manusia dalam menyikapi sebuah masalah secara umum dan tidak terikat pada salah satu metode atau pedoman tertentu, sehingga dengan jawaban dari masalah tersebut benar-benar bebas dan jawaban satu masalah dari tiap-tiap orang selalu berbeda. Contoh ilustrasi : saat menghadapi masalah yang menyangkut masa depan sering kali kita bimbang untuk memilih jalan yang akan ditempuh, sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut kita harus berfikir secara umum dan bebas, sehingga tercermin jelas tujuan hidup yang akan kita capai, dari pola pikir seperti ini kita akan lebih mudah dalam menyelesaikan maslah yang sering kali menyulitkan. berfikir sistematis adalah merupakan cara berfikir manusia dalam menyelesaikan masalah dengan cara berfikir yang berurutan dan bertahap sesuai dengan tahapan penyelesaian masalah tersebut, sehingga pola pikir yang tercipta merupakan pola pikir yang terstruktur. Contoh ilustrasi : ketika kita melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka kita harus melaksanakannya secara berurutan, sehingga kita harus berfikir tahap demi tahap yang harus kita kerjakan sehingga tujuan semula tercapai.